JakOnline – Pandemi COVID-19 yang melanda dunia dalam rentang 2019 hingga 2022 memang membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat. Salah satunya adalah tim fun football di Jakarta yang terbentuk di awal 2020, Lecce Indonesia.
Tetapi, mereka bukan fanbase klub Italia yang saat ini berlaga di Serie A dengan nama sama. Melainkan hanya sebatas nama yang memang tidak ada alasan tertentu di balik pemilihannya.
“Waktu itu sebenarnya asal sebut aja, mana yang menurut gua terdengar enak di telinga,” ucap Hafiz, salah satu penggiat komunitas tim tersebut, dalam segmen Kaleng Rombeng untuk YouTube JakOnline. “Bahkan sempat terpikir untuk buat Swansea. Tapi pada akhirnya terpilihlah Lecce. Jadi, tidak ada arti khusus soal kenapa kita pilih Lecce.”
Selain sebagai wadah bermain sepakbola, Lecce didirikan sebagai simbol perlawanan terhadap tren arus utama fun football yang pada saat itu baru menjangkiti ibukota. Menurut Hafiz, tetap ada misi khusus yang dibawa oleh mereka.
“Awalnya justru kami bikin ini, tujuannya untuk merusak paradigma fun football yang orang-orang bilang kemahalan,” lanjutnya. “Tidak ada hubungannya dengan Lecce yang di Italia soal penamaan. Tapi pada akhirnya banyak yang ngide kasih arti dari nama Lecce.
Ada lelaki kece, ada lelaki CK (Circle K) Pancoran karena mayoritas anak Jak Kampus yang dulu sering nongkrong di sana.”
Bermula dari Stadion Mini Rempoa, perlahan Lecce Indonesia mulai mengumpulkan banyak partisipan yang terlibat setiap kali ada pertandingan. Seiring membesarnya antusiasme, akhirnya mereka mulai memberanikan diri menyewa stadion yang lebih besar seperti Lapangan ABC dan Stadion Madya.
“Lapangan kandang kita sebenarnya di Rempoa,” Hafiz menjelaskan. “Tetapi sejak waktu itu beberapa kali main di Senayan, seperti di Lapangan ABC dan Lapangan Madya, jadi enggan main ke lapangan jelek lagi.”
Sebaran algoritma media sosial membuat pergerakan mereka terdengar langsung sampai ke Italia. Tidak tanggung-tanggun, bahkan sebuah akun fanbase di Italia, sempat menganggap mereka adalah perkumpulan orang Indonesia yang mengidolai Lecce.
“Kita sempat mendapat DM dari akun fanbase di Italia.” cerita Muhammad Imaduddin, salah satu penggagas Lecce Indonesia. “Mereka mengira kami ini perwakilan fanbase di Indonesia dan meminta kita untuk nyanyi chants Lecce.
“Bahkan sempat dikasih guidance berupa lirik. Tapi karena memang dari kami gak ada yang bisa, jadi ya sudah di-read begitu aja,” kata pria yang akrab disapa Udin tersebut.
Meski awalnya didirikan untuk sepakbola, baik Hafiz dan Udin tidak menutup kemungkinan jika ada cabor lain yang akan mereka mainkan. “Untuk teman-teman yang punya hobi selain sepakbola, seperti memancing, bulutangkis, bahkan basket. Yuk, disegerakan,” kata Hafiz. jakonline