Persija Artikel

Persija dan Sejarah Ngajak Balikan Mantan

JakOnline – Liga 1 Musim 2022/23 yang telah rampung akhir bulan Maret kemarin menyisakan evaluasi bagi para jajaran pengurus klub. Setelah memutus kontrak pelatih atau pemain yang dinyatakan tidak sesuai target dan ekspektasi, tim mulai sibuk dalam memburu pelatih dan pemain baru di jendela transfer untuk mengarungi musim yang akan datang.

Pemain datang dan pergi menjadi hal yang sangat lumrah dalam sepakbola, tidak menutup kemungkinan yang pernah membela akan turut kembali lagi setelah sekian musim pergi ke “pelukan” tim lain atau tidak sama sekali memiliki klub profesional. Dalih meningkatkan jam terbang, ketidakcocokan skema, ataupun dengan alasan salary yang lebih tinggi menjadi sangat wajar ketika melihat dari aspek kepentingan individu.

Persija Jakarta menjadi tim yang tidak sedikit melakukan kerja sama lagi dengan pemain yang sebelumnya pernah membela. Mulai dari sang legenda Bambang Pamungkas, Pacho Kenmogne, Ponaryo Astaman, Greg Nwokolo, Rohit Chand, Ryuji Utomo, Andritany Ardhiyasa, Ramdani Lestaluhu, Syahrian Abimanyu, dan masih ada beberapa lainnya.

Terbaru dan sangat menggemparkan the Jakmania ketika terhembusnya kabar bahwa Simic akan kembali berseragam Macan Kemayoran hingga kini pengumuman resmi kembalinya Marko Simic yang di sampaikan dari Persija, meskipun pada tahun 2018 berhasil mempersembahkan tiga Trophy yang salah satu gelarnya sangat dirindukan selama 17 tahun, Trophy Liga Indonesia di kasta tertinggi. Simic juga berhasil membuktikan raihan gol terbanyak dan pemain terbaik pada pra musim di ajang Piala Presiden, juga menjadi top skor Liga 1 pada musim selanjutnya. Namun semua itu sedikit pudar karena menurunnya perfoma pada musim berikutnya (tahun 2020).

Hal yang membuat publik pendukung Persija mengerenyitkan dahi pada saat bersamaan tahun 2020 Simic membuat keputusan gugatan persoalan finansial (gaji) kepada tim yang membesarkan namanya. Keadaan tersebut sebenarnya sangat berhak dilakukan pada posisi pemain Profesional, karena tidak menutup kemungkinan bahwa Klub juga akan melakukan hal serupa apabila ada pemain yang melakukan perbuatan diluar perjanjian pada Klub. Ketika kita tarik mundur kala itu hal hampir serupa yang terjadi ketika Bambang Pamungkas memilih tidak melanjutkan kerja sama karena ada sedikit perbedaan pandangan antara Bepe dengan Manajemen, pada akhirnya mengambil keputusan sedikit menggemparkan publik dengan memilih berlabuh ke Tim yang notabene nya penduduk Tim Rival, Pelita Bandung Raya. Namun Bepe kembali ke pelukan Persija dan berhasil mempersembahkan Trophy Liga Indonesia di Kasta tertinggi kedua kalinya untuk Persija Jakarta dalam karir sebakbolannya.

Kembalinya Simic menuai pro dan kontra, dari awal terdengar kabar Simic akan kembali, sudah banyak dari pendukung Persija yang kontra dengan melakukan kampanye di media sosial “TolakSimic”. Hal itu dilatarbelakangi karena masih memiliki pandangan yang meragukan dari performa sebelumnya, dan ingatan buruk yang masih sangat melekat lainnya yaitu dari keputusan Simic soal gugatan yang dilayangkan ke Persija. Namun yang perlu di garis bawahi, saat ini kita semua sedang mendukung Tim Sepakbola Profesional yang telah berjalan ke arah lebih modern. Dari aspek lainnya menjadi sangat logis melakukan perekrutan kembali Marko Simic, dilihat dari value yang masih tergolong dibawah pemain asing di musim sebelumnya yang dimana seorang Marko Simic unggul dari segi adaptasi.

Tidak banyak pemain asing asal Eropa yang berhasil beradaptasi di iklim tropis dan budaya sepak bola negeri ini, tentunya pemain Amerika Latin yang paling lama dan banyak sukses melanglang buana di klub-klub Liga 1 karena mudah beradaptasi. Namun sepertinya Nahkoda Tim Persija Jakarta, Thomas Doll kurang tertarik dengan pemain asal Amerika Latin, terbukti melepas Otavio Dutra yang sebelumnya berpaspor Brazil dan tidak ada asing yang berasal dari Benua tersebut.

Kenyataannya dari empat pemain asing pada musim sebelumnya hanya satu yang bertahan, Kudela. Tiga dari empat pemain asing tidak berhasil membuktikan adaptasi dengan baik, mulai dari Hanno Bahrens di gadang menjadi motor serangan tidak cocok dengan makanan apapun yang ada di Indonesia sehingga berdampak pada pencernaannya selalu terganggu, sekalipun Krmencik, pemain tersebut direkrut dengan harga sangat tinggi kisaran 26,07 Milyar Rupiah juga sangat sulit adaptasi cuaca dan budaya sepakbola disini sehingga tidak menunjukkan performa terbaiknya. Satu lagi pemain berpaspor Bahrain, Yusuf Helal yang sebelumnya sangat membantu tim dalam urusan mencetak gol ternyata ada kendala penyakit yang pernah dialami dan kembali merasakan gangguan penyakitnya sehingga mengganggun performa dan jam bermain pemain tersebut.

Melihat dari kejadian tersebut maka Thomass Doll dan Manajemen sangat berhati-hati dalam melakukan perekrutan pemain asing. Saat ini perekrutan Marko Simic menjadi alternatif dari segi adaptasi cuaca, makanan, dan budaya sepak bola Indonesia yang bisa lebih cepat menyesuaikan diri sehingga lebih mudah menjalani segala skema yang diberikan Pelatih kepala. Hal yang harus diingat juga kini pelatih kepala bukanlah sosok yang mudah dilema atas nama besar pemain, kecocokoan hasil kerja keras latihan guna kesiapan implementasi strategi di lapangan sangat tidak mempengaruhi nama besar siapapun pemainnya, kenyataan itu hadir dari seorang Krmencik dan Hanno Bahrens dengan harga fantastis saja pernah terlihat menghiasi bangku cadangan. Sudah pasti semua itu guna yang terbaik untuk Macan Kemayoran.

So, kita tunggu saja penampilan Marko Simic yang kembali berseragam Persija Jakarta dengan harapan bisa kembali dengan membawa performa tahun 2018 bahkan lebih baik lagi karena melihat komposisi pemain yang sangat lebih baik dari pada tahun 2018 yang bisa membawa persija kembali Juara, aliran bola dan umpan dari pemain lain yang sangat lebih baik musim ini semoga dapat memanjakan seorang striker mesin gol Marko Simic bisa banyak membobol tim lawan. (Lutfi Julizar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X