Jakarta Artikel

Spirit Perlawanan dengan Sepakbola Alternatif

JakOnline – Belakangan ini, jagad dunia maya khususnya Twitter, dihebohkan oleh kemunculan dari sebuah aktivitas sepakbola yang dikemas dengan konsep yang cenderung baru. Sekumpulan orang menggelar fun football, namun lengkap dengan penonton yang menyalakan red-flare di tribun.

TKFC atau Tribun Kultur FC, merupakan tim sepakbola non-profit nan independen yang terbentuk di Jakarta sejak Februari 2023. Memasuki bulan ketiga kemunculannya, TKFC menjadi penyegar timeline dan menjadi pembeda dari aktivitas fun football pada umumnya.

Baru-baru ini, JakOnline berkesempatan mengundang beberapa inisiator dari TKFC untuk program Kaleng Rombeng yang rutin tayang di YouTube JakOnline setiap pekannya. Ada empat orang yang hadir yakni Ilham, Ican, Puke, dan Arvin.

“Ide awalnya berangkat dari akun Twitter,” kata Ilham. “Kemudian pada akhirnya kami berpikir untuk membentuk tim sepakbola sendiri yang konsepnya fans-owned.”

“Maksudnya fans-owned, kami selalu melibatkan penonton dalam pengambilan keputusan. Bahkan pernah ketika kami ada agenda latihan atau pertandingan, mayoritas dari mereka berhalangan sehingga kami terpaksa harus mengikuti jadwal penonton.”

Terlahir di Jakarta, TKFC memilih satu lapangan di sisi selatan kota sebagai homebase sebagai pusat kegiatan mereka.

“Untuk lapangan, kami biasanya memakai Lapangan Soemantri Brojonegoro,” timpal Ican. “Kalau latihan, biasanya pakai lapangan yang di luar, sedangkan stadion itu dipakai untuk pertandingan.”

Sebagai suatu fenomena baru yang muncul di jagad persepakbolaan Jakarta, suara sumbang serta nada miring tentu datang menghampiri. Sejumlah pihak menganggap kemunculan mereka sebagai kelompok yang krisis identitas, dengan mengafiliasikan mereka terhadap gerakan tertentu.

“Dari awal kami memang tidak pernah self-proclaimed kalau kami mengusung punk football,” kata Puke. Tetapi ini adalah sepakbola alternatif. Makanya kami bingung ketika ada yang mengafiliasikan kegiatan ini sebagai ‘punk’,”

Memang, mungkin dari segi movement kami tidak memungkiri apa yang kami lakukan ini mirip dengan teman-teman di Tamansari, Bandung.” kata Puke menambahkan. “Tapi, kami melihat itu hanya sebatas spirit yang sama melawan penindasan. Seperti yang kami lakukan ketika bermain sepakbola di depan Istana Negara pada saat Hari Buruh beberapa waktu lalu.” jakonline

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X