JakOnline – Persija Jakarta menang di Malang atas Arema FC menjadi bukti bahwa sekali lagi tidak ada yang mustahil dalam sepakbola. Sesuatu yang terlihat kecil kemungkinannya untuk terjadi, kini benar-benar kejadian.
Sebelum tadi malam, jika ada daftar kemustahilan dalam sepakbola, Persija menang di Malang pantas masuk ke dalam daftar tersebut. Namun, konsistensi permainan anak asuh Thomas Doll membuat raihan tiga angka dari Kanjuruhan melawan Arema tidak lagi menjadi mitos.
Kurang lebih satu dekade lalu, Persija pernah melakukan “kemustahilan” lainnya yakni menang di Papua atas Persipura. Kini, Malang pun takluk. Jika menang di Malang melawan Arema saja bisa dilakukan, bagaimana dengan pertandingan lain.
Secara moral dan psikologis, ini adalah momentum para pemain Persija untuk terus mendulang poin tiga di setiap pertandingannya. Tinggal bagaimana Doll dan jajarannya mampu menjaga kebugaran pada pemainnya di sepanjang kompetisi.
Persija memang berhasil menang di Malang tanpa Hanno Behrens. Namun, jika pemain asal Jerman tersebut dalam kondisi fit, opsi di lini serang tentu lebih variatif.
Momentum Krmencik
Sempat habis-habisan dikritik dan dipertanyakan ketajamannya, setidaknya untuk tadi malam Michael Krmencik boleh sejenak berbesar hati. Golnya di menit ke-45 tidak hanya menjadi suntikan moral bagi Persija dan para fansnya, tetapi juga untuk dirinya sendiri.
Kembali ke mindset tidak ada yang mustahil, Krmencik sudah melakukan sesuatu yang kadar kemustahilannya sangat tinggi. Artinya, ia juga bisa mencetak gol di pertandingan-pertandingan “normal” lainnya.
Krmencik seakan sengaja “menyimpan” golnya untuk momen yang benar-benar penting. Tidak tanggung-tanggung, sekalinya Krmencik mencetak gol, itu adalah gol kemenangan Persija di Malang melawan Arema.
Krmencik melakukan hal yang tidak bisa dilakukan para penyerang Persija di generasi sebelumnya hampir dua dekade ke belakang yakni membawa timnya menang atas Arema di Malang. Dikutip dari Bola.net, menurut catatan RSSSF, terakhir kali Persija Jakarta mengalahkan Arema yang saat itu masih bernama Arema Malang, di Malang, adalah pada 2003 dengan skor 4-1 di Stadion Gajayana.
Empat gol Persija Jakarta berasal dari hat-trick Bambang Pamungkas dan Alexander Pulalo. Sementara Arema hanya mampu membalas sekali melalui Bayu Andra. Hingga 19 tahun berselang atau 13 partai setelahnya, Persija selalu gagal mengulang raihan tersebut, sebelum tadi malam.
Thomas Doll Nih Bos!
Bukan Rahmad Darmawan, bukan Stefano Cugurra, bukan Danurwindo, atau juga Benny Dolo. Sosok pelatih yang berhasil mematahkan rekor kelam selama 19 tahun adalah Thomas Doll. Datang dengan ekspektasi tinggi untuk membawa Persija kembali ke level atas, Doll berhasil melakukannya di pertandingan melawan Arema.
Menarik keluar Riko Simanjuntak, yang merupakan penggerak utama serangan, dan Frengky Missa sejak menit ke-57, merupakan keputusan berani. Masuknya Rio Fahmi dan Resky Fandi sebagai gantinya sudah bisa memperlihatkan apa intensi Persija.
Doll ingin Persija mempertahankan keunggulan dengan memasukkan pemain dengan karakter lebih bertahan dan ia berhasil melakukannya. Hansamu Yama dkk. tetap konsisten meski hanya dengan modal keunggulan satu gol atas Arema. Sesuatu yang hampir mustahil terlihat di edisi-edisi sebelumnya.
Kemenangan atas Arema di Malang benar-benar membawa Persija #ToTheNextLevel, setidaknya untuk pencapaian mereka sendiri. jakonline